28 Desember 2012, Hampir semua akun di dunia maya milikku hangus. entah, qu g mengerti, FB, Halaman, komunitas, dll. semua mendadak lenyap dari peradaban,,hahaha lucu sekali bukan.
entahlah, yang masih dapat aq ingat, terakhir kali update di FB yaitu sekitar seminggu yang lalu tentang hari kiamat. yang ada hubungannya tentang Yahudi,, ( lihat Link )
Ahh, tak perlu dibahas masalah aku update seperti apa dan menulis apa saja, yang jelas dan yang aku tahu semua itu berakibat pada ter-nonaktifnya akun-akun ku di peradaban ini.hahaha
Mulai dari EnoOOoooOOoollLLLL,,
~ Good Luck Comrade.! ~
Jumat, 28 Desember 2012
Tasyri’ Pada Masa Khulafa’ Ar-rasyiddin
Tasyri’ Pada Masa
Khulafa’ Ar-rasyiddin
Mata Kuliah
Tarikh Tasyri’
Dosen Pengampu :
Imam Anas Muslihin,
M.HI
Disusun Oleh :
M. Zulkifli Aziz
(9
4241 3210)
JURUSAN
TARBIYAH
PRODI
GURU
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2012
TASYRI PADA
MASA KHULAFAURRASYIDIN
PENDAHULUAN
Tarikh tsyri’ merupakan ilmu
yang membahas tentang kondisi fiqih Islam pada zaman rasululllah SAW dan
seterusnya dengan menentukan fase-fase perkembangan sumber-sumber syariat dan
hukumnya, menjelaskan setiap perubahan yang terjadi berupa nash (amandemen),
takhsih (pengkhususan), dan tafrri’ (penjabaran). Ilmu tarikh tasyri’
juga mengkaji tentang kondisi para fuqaha’ (ahli fiqh) pada setiap fase,
menelaah metodologi mereka dalam menetapkan sebuah hukum serta warisan keilmuan
dan ijtihad yang terhimpun dalam fiqh Islam.1
Pada masa wafatnya Rasulullah
SAW suatu kereta pemerintahan mulai dikendalikan oleh sahabat-sahabatnya.
Sahabat adalah sebagai generasi islam pertama, yang
meneruskan ajarandan misi kerasulan.dimana ia dalam menentukah hukum islam
selalu berpegang pada
fatwa-fatwa rasul yang telah ada. Akan tetapi dari sisi itu pula sahabat menemukan yang memang dalam fatwa rasul tidak ada
mereka berupaya untuk berijtihad tetapi masih dalam takaran syariat
keislaman yang di sandarkan padaAl-Quran dan Al- Hadist.
__________
1 Khalil, Rasyad
Hasan, Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009). Hal.3
PEMBAHASAN
Tasyri’’ Pada Masa
Kulafa’ Ar- Rasyidin
A.
Kondisi
Tasyri’
Periode ini dianggap sebagai periode pertama dalam
fiqh Islam. Periode ini berawal dari wafatnya Rasulullah SAW pada tahun ke-11
Hijriah sampai akhir zaman khulafa’ ar-rasyidin pada tahun ke 40 Hijriah dengan
gaya dan corak tersendiri.
Dalam masa ini, para sahabat dengan kelebihan
intelektualitas, kedalaman tingkat pemahaman dan keluasan analisis terhadap
sasaran dan maqashid syariat dalam menghadapi masalah, mereka adalah orang yang
sangat mampu untuk menjalankan mandat fiqh ini apalagi mereka memiliki
kedudukan yang mulia dalam jiwa kaum muslimin yang belum tentu dimiliki oleh
orang – orang selain mereka seperti para tabi’in.2
Walaupun para sahabat pada masa itu memiliki
kemampuan khusus dan tingkat pemahaman istimewa dalam memahami syariat dan
meng-istinbat hukum, namun bukan berarti ini berlaku untuk semua. Akan tetapi,
mereka juga memiliki pendapat atau kemampuan tersendiri dalam hal tingkat
pemahaman, sebab mereka juga manusia biasa seperti kita yang memiliki perbedaan
dan kelebihan masing-masing.
Perbedaaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya sebagai berikut.
1. Perbedaan
tingkat pemahaman terhadap bahasa. Ada orang yang paham dengan bahasanya
sendiri, istilah-istilah asing yang ada dan cara pemakaiannya, tetapi ada juga
yang tidak bisa. Misalnya, apa yang diriwayatkan oleh Umar Bin Khattab ketika
ia membaca firman Allah dalam khutbahnya, atau Allah akan mengazab mereka
disebabkan meraka menghina (takhawwufin), kemudian Umar bertanya kepada
hadirin tentang takhawwufin, “ apa pendapat kalian tentang ayat ini dan
apa arti takhawwufin itu,?” lalu berdirilan seorang yang berusia lanjutdari
kabilah Huzai dan berkata, “ ini bahasa kami dan takhawwufin artinya menghina
(taqannush)”, Umar berkata, “apa orang arab tahu ini dalam syair mereka?” ia
menjawab, “Ya”.
____________
2
Khalil,
Rasyad Hasan, Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009). Hal.57
2. Perbedaan
dalam hal pergaulan dengan Rasulullah SAW, sebab bergaul dengan baginda
Rasulullah berpengaruh terhadap tingkat pemahaman tentang asbabunnuzul ayat dan
sunnah. Selain membuka pikiran untuk memahami makna syariat secara lebih dalam
termasuk tentang rahasianya. Maka, semakin banyak seorang sahabat bergaul
dengan Rasulullah maka semakin baik pula pemahamannya.
3. Kemampuan
dan kapasitas individu yang berbeda beda, diantaranya perbedaan dalam hal
tingkat pemahaman, hafalan, mengeluarkan hukum, dan kemampuan menerjemahkan
isyarat nash-nash syariat, diantaranya:
Ketika firman allah SWT turun: pada hari ini
telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku ridhai Islam menjadi agama bagimu. (QS. Al-Ma’idah:3), para
sahabat bergembira dan menyangka bahwa bahwa hal itu sebatas pemberitahuan
tentang kesempurnaan agama, namun Umar Bin Khattab menangis dan berkata,
“Setelah ia sempurna, pasti ada yang akan kurang.” Ia merasa Baginda Rasulullah
akan wafat. Umar benar dalam memahami hal ini, sebab 81 hari kemudian
Rasulullah SAW tutup usia.
Diantaranya Tasryri’
dimasa Pemerintahan Khulafa’ Ar-Rasyidin,:
1.
Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq 11-13
H . Usai Rasulullah wafat, hampir saja terjadi pertengkaran antara kaum
Muhajirin dan Anshar, karena merasa berhak menjadi pemimpin. Perdebatan terjadi
di Tsaqifah Bani Sa’idah selama 3 hari, jenazah Rasul pun belum sempat dikubur
saat itu, hingga masalah kepemimpinan bisa dipecahkan dengan kearifan Umar bin
Khattab yang secara demokratis memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama.
a. Pengangkatan
Abu Bakar menjadi khalifah, awal terbentuknya pemerintahan model khilafah dalam
sejarah Islam. Era Abu Bakar disibukkan dengan memerangi kaum murtad, ingkar
bayar zakat, dan Nabi palsu Musailamah al-Kazzab. Abu Bakar memerangi orang
yang enggan membayar zakat dalam perang Yamamah. Beliau berujar, “Akan aku
perangi orang yang berani memisahkan antara shalat dan zakat”. Menghimpun
ayat-ayat al-Quran yang berserakan menjadi 1 mushaf, atas usulan Umar , karena
banyak huffadz yang syahid dalam perang.
b. Masalah
hukum pada era Abu Bakar diantaranya masalah waris, ketika seorang nenek
menanyakan bagian warisnya, Abu Bakar berkata, “Engkau tidak mendapatkan
apa-apa, karena tidak aku dapatkan keterangan baik dalam al-Quran dan sunnah”.
Lalu berdirilah Mughirah bin Syu’bah memberikan kesaksian bahwa Rasulullah
pernah memberikan bagian kepada nenek sebesar 1/6 bagian, tampil sebagai
saksinya adalah Muhammad bin Maslamah.
2.
Khalifah Umar bin Khattab 13-23 H.
Umar terpilih sebagai khalifah dengan sistem formatur dan usulan dari Abu Bakar
sebelum wafat, karena beliau khawatir terjadi konflik perebutan kekuasaan. Saat
terpilih, Umar berpidato, “Saya takut kalau satu ketika saya berbuat salah,
tapi dari kalian tidak ada yg menentangku, karena hormat kalian kepadaku...
Maka, kalau saya berbuat baik, bantulah saya, tapi kalau saya berbuat jelek,
harap kalian perbaiki…”. Umar sangat terkenal dengan ijtihad individunya.
Diantara ijtihad Umar :
a. Jatuhnya
thalaq tiga sekaligus dalam satu majelis. Pada masa Rasulullah dan Abu Bakar
serta dua tahun pertama pemerintahan Umar, thalaq tiga sekaligus itu dihitung
jatuh satu kali. Umar melihat gejala lain dalam masyarakat, dimana banyak orang
menjatuhkan thalaq dan mempermainkan thalaq tiga, maka beliaupun berijtihad
bahwa thalaq tiga sekaligus itu jatuh tiga pula.
b. Masalah
harta rampasan perang. Al-Quran & sunnah menjelaskan bahwa harta ghanimah
baik yang bergerak maupun tidak bergerak dibagikan seluruhnya kepada
orang-orang yang terlibat peperangan. Pada saat Umar menaklukkan Irak dan Syam,
Umar menetapkan agar harta yang tidak bergerak, khususnya tanah pertanian tetap
berada pada tangan pemilik dan penggarapnya. Hanya saja mereka diwajibkan
membayar pajak ( kharaj ). Hal ini bertentangan dengan QS. Al-Anfal 41 dan
praktek Nabi SAW yang membagi tanah di Khaibar. Pendapat Umar ditentang oleh
sebagian sahabat, diantaranya Bilal bin Rabah, Abdurrahman bin Auf dan Zubair
bin Awwam. Alasan Umar menerapkan hal tersebut atas asas maslahat umum ,
diantaranya jika tanah dibagikan maka perlu pemeliharaan, sementara tentara
umumnya tidak mempunyai waktu tenaga dan skill untuk menggarap tanah subur tsb.
c. Mu’allaf.
Umar tidak memberikan bagian zakat muallaf, yaitu terhadap kategori orang kafir
yang diharapkan akan masuk Islam, dan orang kafir yang dikhawatirkan akan
merusak Islam. Sedangkan terhadap kategori orang Islam yang masih lemah
imannya, atau orang Islam yang mempunyai pikiran seperti orang kafir, atau
orang Islam yang tinggal di perbatasan dengan negara kafir tetap diberikan
zakat. Umar beralasan, “ sesungguhnya Allah telah menguatkan Islam dan tidak
memerlukan kalian lagi. Maka jika kalian mau masuk Islam, masuklah! Dan jika
tidak maka antara kami dan kalian adalah pedang!
d. Hukum Potong
tangan bagi pencuri. Umar tidak melaksanakan hukum potong tangan bagi pencuri
sesuai ketetapan Al-Quran والسارق والسارقة فاقطعو
أيديهما , karena situasi dan
kondisi pencurian di musim paceklik yang menyebabkan terpaksa mencuri. Sahabat
itu bernama Alamah al-Hatib bin Abi Baltaah yang mengakui telah mencuri, namun
setelah diselidiki ia mencuri karena kelaparan. Lagipula, barang yang dicuri
tidak mencapai batas nishab ¼ Dinar dan orang y ang dicuri adalah tetangganya
yang kaya raya yang tidak mendermakan hartanya kepada faqir miskin sebagaimana
semestinya . Umar berkata, tidak dipotong tangan pencuri karena izqi/nakhal
(sebiji kurma – maksudnya barang tidak berharga), juga tidak pada tahun
kelaparan ini (‘am maja’ah).
e. Perempuan
yang menikah pada waktu ‘iddah. Jika wanita sedang ‘iddah dinikahi laki-laki
sebelum ‘iddahnya berakhir dan apabila sudah berjima’, maka perkawinan itu
harus dibatalkan, kemudian wanita itu mengulang ‘iddahnya dari awal, dan
laki-laki yang menikahinya haram menikahi wanita itu untuk selamanya. Sementara
menurut Ali bin Abi Thalib dan sahabat lain, perkawinannya dibatalkan, dan si
wanita harus menyelesaikan ‘iddahnya. Setelah selesai, si laki-laki itu atau
laki-laki lain boleh menikah dengan wanita tersebut.
f.
Shalat Tarawih. Pada masa Nabi, para
sahabat melaksanakannya secara sendiri ( munfarid ), dan dilakukan 11 raka’at.
Umar lalu mengumpulkan para sahabat untuk shalat tarawih berjama’ah, dan
dilakukan sebanyak 23 raka’at.
g. Pembagian
harta gharowain, yaitu pembagian harta yang ahli warisnya terdiri dari suami
atau istri, ibu dan ayah. Menurut Ibnu Abbas, dalam dua kasus tsb ibu mendapat
1/3. Namun menurut Umar, Utsman dan Zaid bin Tsabit ibu memperoleh 1/3 dari
sisa. Peradilan sudah teratur dengan adanya penunjukan qadhi. Umar membuat
hukum acara seperti tertuang dalam Risalah Qadha’ Sumber pendapatan negara
untuk mengisi Baitul Mal pada masa Umar diperoleh dari kharaj (pajak hasil
bumi) dan jizyah (pajak perlindungan), ‘ usyur (pajak impor 10%) dan zakat.
Jelang akhir
hayatnya akibat ditikam oleh Abu Lu’luah, Umar melalui musyawarah membentuk Tim
Formatur diketuai oleh Abdurrahman bin ‘Auf bertugas memilih khalifah sesudah
Umar. Anggota tim: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqqas,
Zubeir bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, dan menyertakan Abdullah bin Umar
(tanpa hak suara). Dasar penunjukan tim, karena mereka dinyatakan oleh Nabi SAW
termasuk orang yang mendapat kabar gembira dengan jaminan masuk surga.
3.
Khalifah Utsman bin Affan 23-35 H .
Pada masa Utsman, peradilan sudah memiliki bangunan tersendiri yang terpisah dari
masjid. Diantara hasil ijtihad Utsman bin Affan:
a. Azan Jum’at
dua kali. Pada masa Nabi, sekali azan sudah cukup untuk memberitahu orang untuk
shalat Jum’at. Namun, pada masa Utsman, umat Islam semakin banyak, wilayahnya
semakin luas, sehingga perlu azan Jum’at dua kali agar merata ke seluruh
negeri.
b. Isteri yang
diceraikan dalam kondisi suaminya sakit keras, kemudian si suami meninggal
dunia . Si isteri mendapatkan harta warisan, baik si isteri dalam masa ‘iddah
ataupun ‘iddahnya sudah berkahir. Sementara menurut Umar, si isteri mendapat
bagian harta warisan hanya dalam masa ‘iddah.
Isu sentral,
setelah 6 tahun pertama yang membuat pemerintahan goyah & guncang: Protes
kebijaksanaan & tindakan yang dinilai tidak adil Protes berhubungan dengan
pengangkatan dan pemberhentian gubernur. Masalah pengelolaan uang negara.
Fitnah orang Yahudi, Abdullah bin Saba’ & komplotannya yang
menjelek-jelekkan Utsman dan memuji Ali di daerah penduduk selain Hijaz: Kufah,
Bashrah, Mesir, Fusthat. Pemberontakan ribuan orang Kufah, Bashrah, Mesir
mengepung rumah Khalifah Utsman dan berhasil membunuh Utsman ketika sedang baca
al-Quran.
4.
Khalifah Ali bin Abi Thalib 35-40 H.
Dibai’at ditengah-tengah suasana berkabung atas kematian Utsman. Mu’awiyah
tidak membai’at Ali sebagai khalifah. Tidak dibai’at secara aklamasi, karena:
Banyak sahabat senior tidak berada di Madinah. Wilayah Islam sudah meluas.
Sikap Politis Memberhentikan semua gubernur yang diangkat oleh Utsman
Tanah-tanah yang dibagikan di zaman Utsman kepada keluarganya ditarik kembali.
Diantara hasil ijtihad Ali bin Abi Thalib:
a. ‘ Iddah
perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya adalah diambil waktu yang paling
panjang antara 4 bulan 10 hari atau sampai melahirkan, sedangkan menurut Umar
‘iddahnya sampai melahirkan.
b. Masalah
siksa dera bagi pemabuk . Di dalam hadis ditegaskan bahwa hukuman bagi peminum
khamar adalah 40 kali cambukan. Namun Ali menerapkannya dua kali lebih berat
menjadi 80 kali cambukan, dengan alasan umat Islam belum jera dengan 40 kali
cambukan.
Dalam masa
pemerintahan Ali, pengawasan ketat dilakukan terhadap pejabat pemerintahan.
Menimbulkan lahirnya Oposisi Aisyah, Thalhah dan Zubeir sebagai kekuatan di
Bashrah menuntut kematian Utsman (terjadi Perang Jamal). Mu’awiyah bin Abi
Sufyan diberhentikan dari jabatan (terjadi Perang Shiffin yang diakhiri dengan
tahkim/arbitrase).
Di akhir
hidupnya, Ali dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdul Rahman bin
Muljam saat akan melaksanakan shalat subuh.3
B.
Sumber
– Sumber Tasryi’
Sahabat
Rasulullah SAW merupakan orang yang pertama kali memikul beban setelah
rasulullah tiada untuk menjelaskan tentang syariat Islam dan mengaplikasikannya
terhadap segala permasalahan yang muncul. Diantara permasalahan yang muncul ada
yang sudah disebutkan Nash-nya dan ada yang belum. Oleh karena itu, para
sahabat dituntut untuk mengeluarkan hukum dengan metode yang jelas sesuai
petunjuk Rasulullah.
Diantaranya
sumber pensyariatan ( Undang-undang) pada masa khulafa’ Ar-Rasyidin adalah :
a. Al
Qur’an,
b. As-Sunnah,
c. Ijma’,
dan
d. Logika
(ra’yi).4
_____________
3 http://www.slideshare.net/lukmanul/tasyri-masa-sahabat
4 Khalil, Rasyad Hasan, Dr, Tarikh
Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009), hal.62
Jika
timbul suatu peristiwa baru atau terjadi persengketaan, maka para ahli fatwa
dari para sahabat melihat hukumnya dari Kitabullah. Bila para sahabat menemukan
nashnya dalam Kitabullah, maka wajib dilaksanakan. Jika mereka tidak
menemukannya di Kitabullah tetapi di As-Sunnah, maka nash dan hukum dalam
As-Sunnah yang dilaksanakan. Bila tidak ditemukan di keduanya, maka para
sahabat berijtihad untuk mengetahui hukumnya dan juga beristimbath dengan
mengqiyashkan kepada sesuatu yang ditetapkan oleh ruh tasyi’ dan kemaslahatan
umat.5
C.
Karakteristik
Tasyri’
Tasyri’ pada masa Khulafa’ ar-rasyidin memiliki
karakteristik dan keistimewaan sebagai berikut :
·
Fiqh pada zaman
ini sangat sejalan dan serasi dengan segala permasalahan yang muncul, tidak
hanya terbatas pada apa yang pernah terjadi pada masa kerasulan. Slain itu juga
yang memegang kendali fatwa dan qadha’ dalam berbagai
permasalahan dalah khalifah.
·
Al Qur’an telah
dibukukan dan mushaf disentralisasikan yang dengan itu muslimin terhindar dari
pertikaian tentang sumber utama syariat Islam.
·
Hadits belum
diriwayatkan seperti zaman sekarang, kecuali jika ada keperluan mendesakseperti
ingin mengetahui tentang hukum suatu masalah. Sunnah pada zaman ini masih
murni, belum terkontaminasi kebohongan atau penyimpangan.
·
Muncul satu
sumber baru bagi perundang-undangan Islam, yaitu Ijma’ dan itu sering terjadi
karena memang mudah untuk dilakukan.
·
Pada zaman ini
terjadi banyak ijtihad yang berlandaskan pada pemahaman tentang illat hukum
baik ada atau tidaknya. Hal tersebut sudah tentu berpengaruh dimana sebagian
hukum yang pernah diamalkan pada masa Rasulullah tidak dipergunakan lagi pada
masa ini, seperti kesepakatan menggugurkan hak seorang muallaf dari zakat pada
masa Abu bakar.
·
Para sahabat
hanya mewariskan fatwa dan hukum yang tersimpan dalam dada para sahabat dan
disampaikan kepada kita dengan cara periwayatan.
·
Kelonggaran
dalam memakai pendapat pribadi yang dimotori oleh Umar Bin Khattab, dan Ali Bin
Abi Thalib.6
___________
5Khallaf,
Abdul Wahhab, Sejarah Hukum Islam, (Bandung: Penerbit Marja, 2005),hal.34
6Khalil,
Rasyad Hasan, Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009),hal.75-77
Daftar Pustaka
Khalil, Rasyad Hasan,
Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009)
Khallaf, Abdul Wahhab, Sejarah
Hukum Islam, (Bandung: Penerbit Marja, 2005)
http://www.slideshare.net/lukmanul/tasyri-masa-sahabat
Sabtu, 22 Desember 2012
OBSERVASI ANAK BERKESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITY)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Aktifitas
belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap
apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat,
terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian
kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan
sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak
ada yang sama. Perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku dikalangan anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik / siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan
belajar.
Kesulitan
belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan
dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang
yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak
selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental),
akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi.
Dengan demikian, IQ yang tingi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil
belajar.[1]
2.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
pengertian kesulitan belajar ?
2.
Bagaimana
cara mengidentifikasi anak berkesulitan belajar?
3.
Apa saja
ciri-ciri anak berkesulitan belajar?
4.
Bagaiamana
kurikulum yang harus diterapkan bagi anak berkesulitan belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Identitas
Subyek Observasi
Nama : Ahmad Soni
Alamat : RT 02 RW 09 Dsn Tegal Arum, Ds Ngronggo, Kec Kota,
Kelas : I SD
Sekolah : SDN Ngronggo VIII
Agama : Islam
Orang Tua : Salamun
Komsiyah
Anak ke- : Pertama dari dua bersaudara
Pekerjaan orang
tua : Wiraswasta (Pedagang)
B.
Obsevasi
dan test
Observasi dan tes
terhadap subyek ini dilaksanakan pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 2
Desember 2010,
Pukul : 17.00
WIB sampai dengan selesai, waktu setelah usai TPQ.
Temapat
: Mushola / TPQ At-Tanwir Dsn Tegal Arum, Ds Ngronggo, Kec Kota,
1.
Disleksia
(Kesulitan belajar membaca)
a.
Pengertian
Disleksia
atau kesulitan mambaca berasal dari bahasa Yunani, dys artinya sulit dan
lexia artinya tulisan. Ada
nama-nama yang merujuk kesulitan belajar membaca yakni corrective readers
dan remedial readers, sedangkan kesulitan belajar membaca berat sering
disebut aleksia (alexia).[2]
Menurut
Mercer ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca yaitu
berkenaan dengan[3] :
v Kebiasaan membaca
v Kekeliruan mengenal kata
v Kekeliruan pemahaman
v Gejala-gejala serbaneka
Anak
berkesulitan belajar membaca sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata,
kekeliruan ini mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan,
salah ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata dan tersendat-sendat.[4]
Dari
keterangan tersebut diatas dapat dirinci lebih jelas indikator-indikator anak
berkesulitan belajar membaca dengan kesalahan-kesalahan membaca, yaitu :
1)
Penghilangan
kata atau huruf
2)
Penyelipan
atau penambahan kata
3)
Penggantian
kata
4)
Pengucapan
kata salah dan makna beda
5)
Pengucapan
kata salah tetapi makna sama
6)
Pengucapan
kata salah dan tidak bermakna
7)
Pengucapan
kata dengan bantuan guru
8)
Pengulangan
9)
Pembalikan
kata
10)
Pembalikan
huruf
11)
Kurang
memperhatikan tanda baca
12)
Pembetulan
sendiri
13)
Ragu-ragu
14)
Tersendat-sendat
b.
Test terhadap subyek
Teks :
Karena
ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya berkata : ”Semoga keselamatan
dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu pada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia sangat baik padaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu
dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Dan aku akan berdo’a kepada Tuhanku.
Mudah-mudahan aku tidak kecewa dengan berdo’a kepada Tuhanku.”
Gambar
1
c.
Hasil Test
Karena
ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya berkata : ”Semoga keselamatan
dilimpahkan kepada (1. kepadamu), aku akan pemintakan (2. memintakan) ampun
bagiku (3. bagimu) pada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik padaku. Dan aku
akan menjauhkan diri dari padaku (4. padamu) dan deri (5. dari) apa yang kamu
sembah selain Allah. Dan aku akan berdo’a kepada Tuhanku. Mudah-mudahan aku
tidak kecewa dengan berdo’a kepada Tuhanku”
d.
Analisis kesalahan
1.
Terjadi
pengurangan suku kata “mu” pada kata “kepadamu” hanya dibaca “kepada”.
2.
Kesalahan
pembacaan huruf “m” menjadi “p”, apada kata “memintakan” dibaca menjadi
“pemintakan”.
3.
Kesalahan
pembacaan huruf atau suku kata “mu” dibaca “ku”, pada kata “bagimu” dibaca
“bagiku”.
4.
Kesalahan
pembacaan huruf atau suku kata “mu” dibaca “ku”, pada kata “padamu” dibaca
menjadi “padaku”,
5.
Kesalahan
menbaca huruf “a” dibaca “e”, pada kata “dari” dibaca menjadi “deri”.
6.
Kurang
memperhatikan tanda baca.
7.
Agak kurang
lancar dalam mebaca.
Untuk
mengidentifikasi disleksia, lebih lanjut perlu di cek kesalahan-kesalahan
tersebut dalam table berikut[5]
:
No.
|
Jenis
Kesalahan
|
Cek
|
Ket
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
|
Tidak dapat melafalkan semua huruf
vokal (a, i, u, e, o)
Tidak dapat melafalkan beberapa huruf
vocal
Tidak dapat melafalkan semua huruf
konsonan (b, c, d, f…dst)
Tidak dapat melafalkan beberapa huruf
konsonan
Tidak dapat melafalkan huruf diftong
(ny, ng)
Tidak dapat melafalkan gabungan huruf
konsonan-vokal (ba, pa…dst)
Tidak dapat melafalkan gabungan huruf
diftong-vokal (nya, ngu…dst)
Tidak dapat melafalkan vokal rangkap
(ia, oi, ua..dst)
Tidak dapat melafalkan gabungan
konsonan-vokal-konsonan (ba-pak, ka-pal..dst)
Tidak dapat melafalkan gabungan
vokal-konsonan (as-pal, ir-ma..dst)
Tidak dapat membedakan huruf yang
bentuknya hampir sama (b-d, p-q, m-n-u-w)
Penghilangan huruf atau kata (“Bunga
mawar itu merah” daibaca “Bunga itu merah”)
Penyisipan kata (“Rumah paman di
Penggantian kata, makna tetap (“Ayah
menulis
Penggantian kata, makna berbeda (“Itu
kucing Ali” dibaca “Itu kacang Ali”)
Pengucapan kata yang salah, makna
sama (“Hati saya senang” dibaca “Hati saya seneng”)
Pengucapan kata yang salah, tidak
bermakna (“Mama beli nanas” dibaca “Mama beli nenas”)
Pengucapan kata dengan bantuan guru
(“Kuda itu lari kencang” dibaca “Kuda itu lari…kencang”)
Pengulangan (“Wati main bola” dibaca
“Wati ma-ma-ma-ma-in bo-bo-la”)
Pembalikan kalimat, subjek, predikat,
objek (“Baju saya dicuci bibi” dibaca “Baju saya bibi dicuci”)
Tidak memperhatikan tanda baca (. , !
? dsb)
Membetulkan kesalahan sendiri (“Duku
itu manis” dibaca ”Buku itu manis”, dibetulkan sendiri “Duku itu manis”)
Ragu-ragu dalam membaca (Iwan bermain
layang-layang” dibaca “Iwan . . .bermain. .layang . .layang”)
Membaca tersendat-sendat (“Bu Ita guru
Nani” dibaca “Bu I…tagu…gu…ru Na…na…ni”)
Tidak dapat mengurutkan susunan
bacaan cerita
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
√
-
-
-
√
-
√
-
-
|
1
2, 3,
4 dan 5
6
7
|
e.
Kesimpulan analisis
Dari
data table diatas maka dapat disimpulkan subyek mengalami kesulitan belajar
membaca pada beberapa aspek yaitu :
·
Penghilangan
huruf atau kata
·
Pengucapan
kata yang salah, tidak bermakna
·
Tidak
memperhatikan tanda baca dan
·
Ragu-ragu
dalam membaca
2.
Disgrafia
(kesulitan belajar menulis)
a.
Pengertian
Disebut
disgrafia jika mengalami kesulitan dalam menulis meliputi hambatan fisik,
seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap atau tulisan tangannya buruk.
Sedangkan kesulitan belajar menulis yang berat disebut huga “agrafia”.
Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau
symbol-simbol matematika.[6]
Kesulitan
belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil, ada empat cara
anak memegang pensil yang dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan
belajar menulis yakni[7]
:
1)
Sudut
pensil terlalu besar
2)
Sudut pensil
terlalu kecil
3)
Menggenggam
pensil
4)
Menyangkutkan
pensil ditangan atau menyeret.
Gambar[8]
2.
Sedangkan pembagian pada kesulitan belajar
menulis ini dapat dibagi menjadi tiga kegiatan menulis, yaitu[9]
:
a)
Kesulitan
menulis dengan tangan (menulis permulaan)
Ø Menulis dari kiri ke kanan (kecuali huruf
hijaiyah)
Ø Memegang pensil dengan benar
Ø Menulis nama panggilannya sendiri
Ø Menulis huruf-huruf
Ø Menyalin kata-kata dari papan tulis atau kertas
Ø Menulis pada garis yang tepat
b)
Kesulitan
mengeja, meliputi :
Ø Pengurangan huruf
Ø Mencerminkan dialek (sapi menjadi sampi)
Ø Mencerminkan kesalahan ucap (namun ditulis
nanum)
Ø Pembalikan huruf dan kata (ibu menjadi ubi)
Ø Pembalikan konsonan (air menjadi ari)
Ø Pembalikan konsonan atau vokal (berjalan
menjadi bejrlan)
Ø Pembalikan suku kata (laba menjadi bala)
c)
Kesulitan
menulis ekspresif,
Ø Panjang karangan
Ø Ejaan, tanda baca dan tata bahasa
Ø Kematangan dan keabsahan tema
Ø Bentuk tulisan tangan dan huruf
Ø Panjang kalimat dan perbendaharaan kata
Ø Penggunaan huruf besar dan kecil masih
bercampur
Ø Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dan tulisannya.
b.
Menulis dengan melihat
Teks :
Ibrahim
kemudian diperintahkan mengambil burung-burung yang sudah hancur tadi.
Tiba-tiba saja burung itu hidup lagi seperti sedia kala dan menghampiri Nabi
Ibrahim.
Gambar 3.
c.
Hasil test :
Teks :
ibrahim
(1. Ibrahim) kemudian di perintahkan (2. diperintahkan) mengambil burung burung
(3. burung-burung) yang sudah hancur tadi (4. Kurang titik [.]) tiba tiba (5.6.
Tiba-tiba) saja burung itu hidup lagi (7. Salah paragraf)
seperti sedia kala
dan menghampiri (8. Kurang kata “Nabi) ibrahim (9. Ibrahim)
Gambar 4.
d.
Analisis kesalahan
1.
Kesalahan
penulisan huruf kapital, pada kata “Ibrahim” ditulis dengan “ibrahim”
2.
Kesalahan
pemenggalan kata hubung, pada kata “diperintahkan” ditulis menjadi “di
perintahkan”
3.
Kesalahan
tanda baca, kurang tanda penghubung, pada kata “burung-burung” ditulis “burung
burung”
4.
Kurang
tanda baca titik (.) di akhir kalimat, pada kalimat “…sudah hancur tadi.”
ditulis menjadi “…sudah hancur tadi”
5.
Kesalahan
tanda baca, kurang tanda penghubung, pada kata “Tiba-tiba” ditulis “tiba tiba”
6.
Kesalahan
penulisan huruf kapital, pada kata “Tiba-tiba” ditulis “tiba tiba”
7.
Kesalahan
penempatan paragraf atau baris berikutnya, pada kalimat “…hidup lagi seperti
sedia kala” ditulis terpisah menjadi “…hidup lagi” baris berikutnya “seperti
sedia kala”
8.
Pengurangan
kata “Nabi” pada kalimat “Nabi Ibrahim”
9.
Kesalahan
penulisan huruf kapital, pada kata “Ibrahim” ditulis dengan “ibrahim”
e.
Menulis dengan dikte
Teks :
Ketika
malam tiba, ia melihat bulan dan bintang. Namun bulan itu akhirnya tenggelam
tak nampak lagi. Pada siang hari ia melihat matahari namun disenja hari
matahari itu juga tenggelam tak nampak lagi.
Gambar 5.
f.
Hasil test
Teks :
Ketika
malam tiba, iya (10. ia) melihat bulan dan bintang. namun (11. Namun) bulan itu
ahirnya (12. akhirnya) tenggelam tak tampak (13. nampak) lagi. Pada siang hari
ia melihat matahari, namun (14. Kesalahan tulis) di senja (15. disenja) hari
matahari itu juga tenggelam tak nampak lagi.
Gambar 6.
g.
Analisis kesalahan
10.
Kesalahan
penulisan kata, penambahan huruf, pada kata “ia” ditulis dengan “iya”
11.
Kesalahan
penulisan huruf kapital, pada kata “Namun” ditulis “namun”
12.
Kesalahan
penulisan kata, pengurangan huruf, pada kata “akhirnya” ditulis menjadi
“ahirnya”
13.
Kesalahan
penulisan huruf, pada kata “nampak” ditulis dengan “tampak”
14.
Kesalahan
tulisan pada kata “namun”, ditulis “mamun” dan dibetulkan sendiri menjadi
“namun”
15.
Kesalahan
pemenggalan kata hubung, pada kata “disenja” ditulis “di senja”
16.
Ada ketidakkosnsistenan
antara penulisan huruf besar dengan huruf kecil, “p” pada kata “Pada siang
hari” hampir
sama dengan “p” pada kata “nampak” .
17.
Tulisan
kurang tepat pada garis, ada beberapa huruf yang tidak tepat penulisannya,
seperti y, g, p dan j
Table
analisis kesalahan menulis dengan disgrafia
No.
|
Jenis
Kesalahan
|
Cek
|
Ket
|
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
11.
12.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
|
Salah arah dalam
memulai menulis
Salah dalam
memegang pensil
Tidak bisa menulis
nama panggilannya sendiri
Tidak dapat menulis
huruf-huruf
Tidak dapat
menyalin tulisan meski dengan melihat
Menulis tidak
tepat pada garisnya
Terjadi
pengurangan huruf dan kata
Terjadi penambahan
huruf
Tulisan
menunjukkan dialeg daerah
Tulisan
menunjukkan kesalahan ucap
Terjadi pembalikan
huruf dalam kata
Dalam menulis
terjadi pembalikan konsonan
Pembalikan
konsonan atau vokal
Terjadi pembalikan
suku kata
Tidak
memperhatikan ejaan
Tidak
memperhatikan tanda baca
Tidak
memperhatikan tata bahasa yang benar
Telah melampaui
kematangan dan keabstrakan tema
Bentuk tulisan
tanganya buruk
Penggunaan huruf
besar dan kecil masih bercampur
|
-
-
-
-
-
√
√
√
-
√
-
-
-
-
√
-
-
√
√
|
17
8, 12
10
13,
14
2,
3,4
dan 5
7
1, 6,
9 dan 11,
16
|
h.
Kesimpulan analisis
Bila
dari hasil pengamatan, seorang anak menunjukkan lebih dari delapan item
perilaku dalam daftar ceklis ini, kemungkinan anak tersebut berisiko mengalami
kesulitan belajar (Sumarlis, 2007). Untuk memperoleh informasi yang lebih
akurat mengenai kondisi kesulitan belajarnya, anak bisa dirujuk kepada tenaga
ahli (psikolog, pedagog), sehingga layanan pendidikan yang diberikan kepada anak
berkesulitan belajar menjadi lebih tepat. Namun, tanpa rujukan tenaga ahli pun,
guru tetap dapat menyusun program dan melaksanakan pembelajaran bagi peserta
didik yang
mengalami kesulitan belajar.[10]
Dari
data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan subyek mengalami kesulitan
belajar menulis atau disleksia, pada poin berikut :
·
Menulis
tidak tepat pada garisnya
·
Terjadi
pengurangan huruf dan kata
·
Terjadi
penambahan huruf
·
Tulisan
menunjukkan kesalahan ucap
·
Tidak
memperhatikan ejaan, tanda baca dan tata bahasa
·
Penggunaan
huruf besar dan kecil masih bercampur
·
Ada
ketidakkonsistenan bentuk huruf dan tulisannya
3.
Diskalkulia
(kesulitan belajar matematika)
a.
Pengertian
Diskalkulia
atau kesulitan belajar matematika, istilah diskalkulia memiliki konotasi medis,
yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Kesulitan
belajar matematika yang berat oleh Kirk disebut akalkulia (acalculia).[11]
Dalam
karakteristik kesulitan belajar matematika terbagi menjadi[12]
:
1)
Kesulitan
hubungan keruangan
Kesulitan mengindetifikasi
atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir
dll.
2)
Abnormalitas
persepsi visual
Anak sering
mengalami kesulitan untuk melihat objek dalam hubungannya dengan kelompok atau
set, hal ini menimbulkan kesulitan belajar matematika, terutama dalam memahami
simbol.
3)
Asosiasi
visual motor
Kesulitan dalam
melakukan hitungan secara berurutan
4)
Preservasi
Anak yang
perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relative
lama, misal :
1)
4 + 3 =
7
2)
5 + 3 =
8
3)
5 + 2 =
7
|
4)
5 + 4 =
9
5)
4 + 4 =
9
6)
3 + 4 =
9
|
5)
Kesulitan
mengenal dan memahami simbol
Simbol-simbol
matemamatika ( + , - , x , : , >, < dll)
6)
Gangguan
penghayatan tubuh
Kesulitan memahami hubungan
bagian-bagian tubuhnya sendiri
7)
Kesulitan
dalam bahasa dan membaca
8)
Sekor PIQ
(Performance Intelegence Quotient) lebih rendah daripada sekor VIQ (Verbal
Intelegence Quotient)
PIQ meliputi
melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun balok, menusun objek dan coding,
sedangkan VIQ yaitu informasi, persamaan, aritmatika, perbendaharaan kata dan pemahaman.
Kekeliruan
umum yang dilakukan oelh anak berkesulitan belajar matematika yaitu[13]
:
a.
Kekurangan
pemahaman tentang simbol
b.
Nilai
tempat
c.
Penggunaan
proses yang keliru
d.
Perhitungan
e.
Tulisan
yang tidak dapat dibaca.
b.
Test berhitung (urutan)
Saat
dilakukan tes berhitung 1-20 subyek cukup lancar menyebutkan setiap angkanya,
maka observer simpulkan subyek tidak ada kesulitan dalam berhitung ini.
c.
Test perhitungan (tambah dan kurang)
Dikarenakan
subyek masih usia kelas I SD, maka materi pelajaran matematika masih meliputi
penambahan dan pengurangan. Dengan hasil tes sebagai berikut :
1.
2 + 3 =
5
2.
7 – 3 =
4
3.
9 – 3 =
6
|
4.
8 – 3 =
5
5.
6 – 4 =
2
|
Gambar 7.
d.
Analisis kesalahan
Dalam
materi tes yang diberikan, subjek tidak begitu mengalami kesulitan. Meskipun
saat menyelesaikan soal diatas dengan menghitung dengan jari, tapi subyek bisa
menyesaikan soal-soal diatas dengan baik, maka observer simpulkan bahwa anak
tersebut tidak mengalami diskalkulia. Namun ada kesalahan justru menyangkut
disgrafia (penempatan tanda baca titik [.]) yang salah.
Pada
soal ke 1-3 subyek salah dalam menempatkan titik pada penomoran soal, yakni :
.1
2 + 3 = 5
.2
7 – 3 = 4
.3
9 – 3 = 6
Gambar
8.
Namun
setelah observer beri tahu terkait kesalahannya tersebut maka pada soal ke- 4-5
sudah benar penempatan titiknya, yakni :
4.
8 – 3 = 5
5.
6 – 4 = 2
Gambar
9.
e.
Kesimpulan Analisis
Setelah
menganalisis hal-hal tersebut diatas observer menyimpulkan subyek tidak
mengalami kesulitan belajar matematika atau diskalkulia, namun lebih mengarah
pada kesulitan belajar menulis atau disgrafia
C.
Kurikulum
Yang Disarankan
Berikut tabel dan
saran atas kurikulum yang bisa digunakan
No.
|
Jenis
Kesulitan
|
Metode
|
Peralatan
|
1.
|
Disleksia
· Penghilangan huruf atau kata
· Pengucapan kata yang salah, tidak bermakna
· Tidak memperhatikan tanda baca dan
· Ragu-ragu dalam membaca
|
ü Metode Selusur atau VAKT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile)
ü Metode Pengalaman Berbahasa
ü Metode
Linguistik
ü Metode
Pengalaman Berbahasa
|
Ø Buku bacaan
Ø Peralatan tulis
Ø Buku bacaan
Ø Peralatan tulis
Ø Buku Bacaan
Ø Alat Tulis
|
2.
|
Disgrafia
· Menulis tidak tepat pada garisnya
· Pengurangan huruf dan kata
· Penambahan huruf
· Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
· Tidak memperhatikan ejaan, tanda baca dan
tata bahasa
· Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
·
|
ü Menulis dengan menggunakan buku halus
(bergaris)
ü Metode
Fernald/Multisensori
ü Metode
Fernald/Multisensori
ü Metode
Fernald/Multisensori
ü Metode
Dikte
ü Metode
Fernald/Multisensori
ü Metode
Fernald/Multisensori
|
Ø Buku halus
Ø Buku bacaan
Ø Audio, visual
Ø Alat tulis
Ø Buku bacaan
Ø Alat tulis
|
Keterangan
metode pembelajaran yang bisa diterapkan dari table diatas.
- Metode
Selusur (V-A-K-T)[14]
Pra-Membaca
dan Membaca Permulaan dengan Pendekatan Perkembangan
¨
Prinsip: Mendayagunakan sebanyak-banyaknya kemampuan sensoris atau
penginderaan.
1)
Visual :
penglihatan
2)
Auditori :
pendengaran
3)
Taktil :
perabaan
4)
Kinestetik
: kesadaran pola gerak
¨
Langkah-langkah:
1)
Perlihatkan
sebuah huruf berukuran besar
2)
Guru
menyebutkan nama huruf & anak mengulanginya
3)
Guru
mencontohkan cara menelusuri pola huruf itu dengan jari tangan
4)
Anak
menelusuri pola huruf itu dengan jari tangan sendiri.
5)
Saat
menelusuri pola huruf, anak membunyikan
nama hurufnya.
6)
Ulangi
kegiatan tersebut dua atau tiga kali.
7)
Berikan
anak selembar kertas berisi pola titik-titik huruf tersebut.
8)
Anak
merangkaikan titik-titik pola huruf tersebut.
9)
Saat
merangkaikan titik-titik pola huruf, anak membunyikan nama hurufnya.
10) Anak “menuliskan” pola huruf di udara, sambil membunyikan nama hurufnya.
11) Tugaskan anak menulis huruf tersebut di kertas
polos, sambil membunyikan nama
hurufnya.
- Metode
Pengalaman Berbahasa[15]
Metode
Membaca Permulaan dengan Pendekatan Perkembangan
¨
Prinsip
1)
Mengintegrasikan
sekaligus 4 aspek berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
2)
Bahasa
harus dapat menyampaikan pesan/informasi
3)
Pesan/informasi berasal dari anak sendiri
4)
Guru memfasilitasi anak agar mendayagunakan
kemampuan berbahasanya untuk menyampaikan dan menerima informasi
¨
Langkah-langkah
1)
Anak ditugaskan
menceritakan pengalaman atau pikirannya
2)
Guru
menuliskan pengalaman atau pikiran anak tersebut di papan tulis
3)
Cerita di
papan tulis ini menjadi materi bacaan
4)
Anak
disuruh membaca bacaan itu
5)
Anak lain
memberi komnetar, pendapat dan saran terhadap cerita tersebut
6)
Anak
menyalin cerita tersebut
7)
Secara
bertahap, pada kegiatan-kegiatan selanjutnya, anak dilatih untuk menuliskan
sendiri ceritanya
- Metode
Linguistik[16]
Metode
Membaca Permulaan/Lanjut dengan Pendekatan Perilaku
¨
Prinsip
1)
Anak dapat
menyimpulkan sendiri pola
hubungan antara simbol huruf dan
bunyi dari simbol huruf tersebut.
2)
Mengajarkan
kata secara utuh
3)
Penekanan
pada kemiripan bunyi
4)
Tidak
memperhatikan makna kalimat
¨
Langkah-langkah
1)
Berikan anak beberapa
kata yang bermiripan
Misal : Anjing dan kucing
Anjing dan kucing suka daging
Anjing dan kucing berguling
2)
Tugaskan
anak untuk membaca nyaring rangkaian kalimat tersebut
3)
Ulangi
sampai anak sadar kemiripian bunyi
4)
Biarkan
anak mengulang kata/kalimat meski belum paham maknanya
- Metode
Fernald/Multisensori[17]
Metode
Menulis Permulaan dengan Pendekatan Perkembangan
¨
Prinsip
1)
Metode
nama lain dari metode multisensori
2)
Bisa
diterapkan pada huruf maupun kata
¨
Langkah-langkah
1)
Anak
memilih kata yang akan dipelajari
2)
Guru
menuliskan kata dimaksud di kertas/papan tulis
3)
Guru
membacakan kata dengan lafal yang tepat, anak-anak mengikutinya
4)
Anak
menelusuri huruf-huruf, melafalkan kata itu bebrapa kali, lalu menuliskannya di
kertas dengan menyalin dari tulisan gurunya sambil tetap melafalkan bunyi
katanya.
5)
Kemudian
anak disuruh menuliskan kata tersebut tanpa melihat kambali contoh tulisan guru.
6)
Kalau pada
tahap ini anak melakukannya dengan benar, maka ulangi kembali langkahlangkahnya
dari langkah ke-4.
7)
Bila anak
sudah benar-benar menguasainya, simpanlah kata tersebut di tempat khusus,sehingga
nanti bisa digunakan untuk bahan mengingat dan bahan bercerita.
- Metode
Dikte[18]
Metode
Menulis Permulaan/Lanjut dengan Pendekatan Perilaku
¨
Prinsip
1)
Mendayagunakan
kemampuan sensoris: Visual, Auditori, Taktil, dan Kinestetik
2)
Membiasakan
anak mengasosiasikan bunyi (auditoris) dengan bentuk (visual) huruf.
3)
Membiasakan
anak menuliskan (kinestetik) atas bunyi (auditoris) dalam bentuk gambar huruf
(visual)
4)
Melatih
proses menulis secara praktis
¨
Langkah-langkah
1)
Anak
menyimak huruf/kata yang dilafalkan guru
2)
Ulangi
pelafalan bila perlu
3)
Anak
menulis sambil melafalkan huruf/kata
4)
Guru
menulis contoh huruf/kata di papan tulis
5)
Anak
menyalin contoh dari gurunya di bawah ulisannya sendiri.
6)
Ulangi
langkah-langkah tersebut 2 – 3 kali.
7)
Koreksi
secara bersama-sama
BAB III
KESIMPULAN
Dari observasi dan test yang dilakukan observer diatas
maka dapat disimpulkan anak (subyek) mengalami disleksia dan disgrafia masih
pada tingkat ringan atau bahkan belum bisa dikatakan disleksia maupun disgrafia,
kerena kesalahan-kesalahan yang ada masih kurang dari delapan item untuk
masing-masing kesulitan belajar, dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1.
Disleksia
(empat item)
ü Penghilangan huruf atau kata
ü Pengucapan kata yang salah, tidak bermakna
ü Tidak memperhatikan tanda baca dan
ü Ragu-ragu dalam membaca
2.
disgrafia
(tujuh item)
ü Menulis tidak tepat pada garisnya
ü Pengurangan huruf dan kata
ü Penambahan huruf
ü Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
ü Tidak memperhatikan ejaan, tanda baca dan tata
bahasa
ü Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
ü Ada ketidakkonsisten-an bentuk huruf dan tulisannya
Adapun kurikulum pelajaran yang bisa dilaksanakan dengan
metode berikut ini :
a.
Metode
Selusur atau VAKT (visual, auditory,
kinesthetic, and tactile)
b.
Metode
Pengalaman Berbahasa
c.
Metode Linguistik
d.
Menulis dengan menggunakan buku bergaris (buku
halus)
e.
Metode Pengalaman Berbahasa
f.
Menulis
dengan menggunakan buku halus (bergaris)
g.
Metode Fernald/Multisensori
h.
Metode Dikte
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono.Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta:Rineka Cipta.2003.
Irawati, Intan.Disgrafia pada Anak
Kesulitan Menulis dan Solusinya (http://www.
kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&dn=20080718135102), 18 Juli 2008, diakses
tangga 1 Desember 2010.
Wirawan, Helex.Mengatasi Kesulitan
Belajar Pada Anak.(http://www.iapw.info
/home/index.php?option=com_content&view=article&id=141:mengatasi-kesulitan-belajar-pada-anak&catid=32:
ragam&Itemid=45),23 Februari 2009. diakses tanggal 8 Desember 2010.
13 Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan
Belajar.Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.2007.
Lampiran
A.
Dokumentasi
observasi
[1] Helex Wirawan. Mengatasi
Kesulitan Belajar Pada Anak.(http://www.iapw.info/home/index.
php?option=com_content&view=article&id=141:mengatasi-kesulitan-belajar-pada-anak&catid=32:
ragam&Itemid=45),23 Februari 2009.diakses tanggal 8 Desember 2010.
[2]Mulyono Abdurrahman.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.(Jakarta :Rineka
Cipta,2003),204.
[3] Ibid
[4] Ibid., 205.
[5]Ibid., 210-212.
[6]Ibid., 228.
[7] Ibid.
[8] Ibid., 229.
[9] Ibid., 233-244.
[10] 13 Model Kurikulum.,11.
[11] Ibid.,259.
[12] Ibid.,259-261.
[13] Ibid.,262-265.
[14] 13 Model Kurikulum Bagi
Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar.(Pusat Kurikulum Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.2007),16.
[15] Ibid.,18.
[16] Ibid.,18.
[17] Ibid.,21.
[18] Ibid.,22.
Langganan:
Postingan (Atom)