Jumat, 28 Desember 2012

Hilang tak berbekas

28 Desember 2012, Hampir semua akun di dunia maya milikku hangus. entah, qu g mengerti, FB, Halaman, komunitas, dll. semua mendadak lenyap dari peradaban,,hahaha lucu sekali bukan.
entahlah, yang masih dapat aq ingat, terakhir kali update di FB yaitu sekitar seminggu yang lalu tentang hari kiamat. yang ada hubungannya tentang Yahudi,, ( lihat Link )

Ahh, tak perlu dibahas masalah aku update seperti apa dan menulis apa saja, yang jelas dan yang aku tahu semua itu berakibat pada ter-nonaktifnya akun-akun ku di peradaban ini.hahaha

Mulai dari EnoOOoooOOoollLLLL,,


~ Good Luck Comrade.! ~

Tasyri’ Pada Masa Khulafa’ Ar-rasyiddin


Tasyri’ Pada Masa Khulafa’ Ar-rasyiddin

Mata Kuliah
Tarikh Tasyri’


Dosen Pengampu :
Imam Anas Muslihin, M.HI



Disusun Oleh :
M. Zulkifli Aziz
(9 4241 3210)



JURUSAN TARBIYAH
PRODI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI

2012

TASYRI PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN


PENDAHULUAN

Tarikh tsyri’ merupakan ilmu yang membahas tentang kondisi fiqih Islam pada zaman rasululllah SAW dan seterusnya dengan menentukan fase-fase perkembangan sumber-sumber syariat dan hukumnya, menjelaskan setiap perubahan yang terjadi berupa nash (amandemen), takhsih (pengkhususan), dan tafrri’ (penjabaran). Ilmu tarikh tasyri’ juga mengkaji tentang kondisi para fuqaha’ (ahli fiqh) pada setiap fase, menelaah metodologi mereka dalam menetapkan sebuah hukum serta warisan keilmuan dan ijtihad yang terhimpun dalam fiqh Islam.1
       
Pada masa wafatnya Rasulullah SAW suatu kereta pemerintahan mulai dikendalikan oleh sahabat-sahabatnya. Sahabat adalah sebagai generasi islam pertama, yang meneruskan ajarandan misi kerasulan.dimana ia dalam menentukah hukum islam selalu berpegang pada fatwa-fatwa rasul yang telah ada. Akan tetapi dari sisi itu pula sahabat menemukan yang memang dalam fatwa rasul tidak ada mereka berupaya untuk  berijtihad tetapi masih dalam takaran syariat keislaman yang di sandarkan padaAl-Quran dan Al- Hadist.










__________
1 Khalil, Rasyad Hasan, Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009). Hal.3

PEMBAHASAN


Tasyri’’ Pada Masa Kulafa’ Ar- Rasyidin

A.     Kondisi Tasyri’
Periode ini dianggap sebagai periode pertama dalam fiqh Islam. Periode ini berawal dari wafatnya Rasulullah SAW pada tahun ke-11 Hijriah sampai akhir zaman khulafa’ ar-rasyidin pada tahun ke 40 Hijriah dengan gaya dan corak tersendiri.
Dalam masa ini, para sahabat dengan kelebihan intelektualitas, kedalaman tingkat pemahaman dan keluasan analisis terhadap sasaran dan maqashid syariat dalam menghadapi masalah, mereka adalah orang yang sangat mampu untuk menjalankan mandat fiqh ini apalagi mereka memiliki kedudukan yang mulia dalam jiwa kaum muslimin yang belum tentu dimiliki oleh orang – orang selain mereka seperti para tabi’in.2
Walaupun para sahabat pada masa itu memiliki kemampuan khusus dan tingkat pemahaman istimewa dalam memahami syariat dan meng-istinbat hukum, namun bukan berarti ini berlaku untuk semua. Akan tetapi, mereka juga memiliki pendapat atau kemampuan tersendiri dalam hal tingkat pemahaman, sebab mereka juga manusia biasa seperti kita yang memiliki perbedaan dan kelebihan masing-masing.
Perbedaaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
1.      Perbedaan tingkat pemahaman terhadap bahasa. Ada orang yang paham dengan bahasanya sendiri, istilah-istilah asing yang ada dan cara pemakaiannya, tetapi ada juga yang tidak bisa. Misalnya, apa yang diriwayatkan oleh Umar Bin Khattab ketika ia membaca firman Allah dalam khutbahnya, atau Allah akan mengazab mereka disebabkan meraka menghina (takhawwufin), kemudian Umar bertanya kepada hadirin tentang takhawwufin, “ apa pendapat kalian tentang ayat ini dan apa arti takhawwufin itu,?” lalu berdirilan seorang yang berusia lanjutdari kabilah Huzai dan berkata, “ ini bahasa kami dan takhawwufin artinya menghina (taqannush)”, Umar berkata, “apa orang arab tahu ini dalam syair mereka?” ia menjawab, “Ya”.


____________
 2 Khalil, Rasyad Hasan, Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009). Hal.57
2.      Perbedaan dalam hal pergaulan dengan Rasulullah SAW, sebab bergaul dengan baginda Rasulullah berpengaruh terhadap tingkat pemahaman tentang asbabunnuzul ayat dan sunnah. Selain membuka pikiran untuk memahami makna syariat secara lebih dalam termasuk tentang rahasianya. Maka, semakin banyak seorang sahabat bergaul dengan Rasulullah maka semakin baik pula pemahamannya.
3.      Kemampuan dan kapasitas individu yang berbeda beda, diantaranya perbedaan dalam hal tingkat pemahaman, hafalan, mengeluarkan hukum, dan kemampuan menerjemahkan isyarat nash-nash syariat, diantaranya:
Ketika firman allah SWT turun: pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam menjadi agama bagimu. (QS. Al-Ma’idah:3), para sahabat bergembira dan menyangka bahwa bahwa hal itu sebatas pemberitahuan tentang kesempurnaan agama, namun Umar Bin Khattab menangis dan berkata, “Setelah ia sempurna, pasti ada yang akan kurang.” Ia merasa Baginda Rasulullah akan wafat. Umar benar dalam memahami hal ini, sebab 81 hari kemudian Rasulullah SAW tutup usia.

                        Diantaranya Tasryri’ dimasa Pemerintahan Khulafa’ Ar-Rasyidin,:
1.      Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq 11-13 H . Usai Rasulullah wafat, hampir saja terjadi pertengkaran antara kaum Muhajirin dan Anshar, karena merasa berhak menjadi pemimpin. Perdebatan terjadi di Tsaqifah Bani Sa’idah selama 3 hari, jenazah Rasul pun belum sempat dikubur saat itu, hingga masalah kepemimpinan bisa dipecahkan dengan kearifan Umar bin Khattab yang secara demokratis memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama.
a.       Pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, awal terbentuknya pemerintahan model khilafah dalam sejarah Islam. Era Abu Bakar disibukkan dengan memerangi kaum murtad, ingkar bayar zakat, dan Nabi palsu Musailamah al-Kazzab. Abu Bakar memerangi orang yang enggan membayar zakat dalam perang Yamamah. Beliau berujar, “Akan aku perangi orang yang berani memisahkan antara shalat dan zakat”. Menghimpun ayat-ayat al-Quran yang berserakan menjadi 1 mushaf, atas usulan Umar , karena banyak huffadz yang syahid dalam perang.
b.      Masalah hukum pada era Abu Bakar diantaranya masalah waris, ketika seorang nenek menanyakan bagian warisnya, Abu Bakar berkata, “Engkau tidak mendapatkan apa-apa, karena tidak aku dapatkan keterangan baik dalam al-Quran dan sunnah”. Lalu berdirilah Mughirah bin Syu’bah memberikan kesaksian bahwa Rasulullah pernah memberikan bagian kepada nenek sebesar 1/6 bagian, tampil sebagai saksinya adalah Muhammad bin Maslamah.
2.      Khalifah Umar bin Khattab 13-23 H. Umar terpilih sebagai khalifah dengan sistem formatur dan usulan dari Abu Bakar sebelum wafat, karena beliau khawatir terjadi konflik perebutan kekuasaan. Saat terpilih, Umar berpidato, “Saya takut kalau satu ketika saya berbuat salah, tapi dari kalian tidak ada yg menentangku, karena hormat kalian kepadaku... Maka, kalau saya berbuat baik, bantulah saya, tapi kalau saya berbuat jelek, harap kalian perbaiki…”. Umar sangat terkenal dengan ijtihad individunya. Diantara ijtihad Umar :
a.       Jatuhnya thalaq tiga sekaligus dalam satu majelis. Pada masa Rasulullah dan Abu Bakar serta dua tahun pertama pemerintahan Umar, thalaq tiga sekaligus itu dihitung jatuh satu kali. Umar melihat gejala lain dalam masyarakat, dimana banyak orang menjatuhkan thalaq dan mempermainkan thalaq tiga, maka beliaupun berijtihad bahwa thalaq tiga sekaligus itu jatuh tiga pula.
b.      Masalah harta rampasan perang. Al-Quran & sunnah menjelaskan bahwa harta ghanimah baik yang bergerak maupun tidak bergerak dibagikan seluruhnya kepada orang-orang yang terlibat peperangan. Pada saat Umar menaklukkan Irak dan Syam, Umar menetapkan agar harta yang tidak bergerak, khususnya tanah pertanian tetap berada pada tangan pemilik dan penggarapnya. Hanya saja mereka diwajibkan membayar pajak ( kharaj ). Hal ini bertentangan dengan QS. Al-Anfal 41 dan praktek Nabi SAW yang membagi tanah di Khaibar. Pendapat Umar ditentang oleh sebagian sahabat, diantaranya Bilal bin Rabah, Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Awwam. Alasan Umar menerapkan hal tersebut atas asas maslahat umum , diantaranya jika tanah dibagikan maka perlu pemeliharaan, sementara tentara umumnya tidak mempunyai waktu tenaga dan skill untuk menggarap tanah subur tsb.
c.       Mu’allaf. Umar tidak memberikan bagian zakat muallaf, yaitu terhadap kategori orang kafir yang diharapkan akan masuk Islam, dan orang kafir yang dikhawatirkan akan merusak Islam. Sedangkan terhadap kategori orang Islam yang masih lemah imannya, atau orang Islam yang mempunyai pikiran seperti orang kafir, atau orang Islam yang tinggal di perbatasan dengan negara kafir tetap diberikan zakat. Umar beralasan, “ sesungguhnya Allah telah menguatkan Islam dan tidak memerlukan kalian lagi. Maka jika kalian mau masuk Islam, masuklah! Dan jika tidak maka antara kami dan kalian adalah pedang!
d.      Hukum Potong tangan bagi pencuri. Umar tidak melaksanakan hukum potong tangan bagi pencuri sesuai ketetapan Al-Quran والسارق والسارقة فاقطعو أيديهما ,  karena situasi dan kondisi pencurian di musim paceklik yang menyebabkan terpaksa mencuri. Sahabat itu bernama Alamah al-Hatib bin Abi Baltaah yang mengakui telah mencuri, namun setelah diselidiki ia mencuri karena kelaparan. Lagipula, barang yang dicuri tidak mencapai batas nishab ¼ Dinar dan orang y ang dicuri adalah tetangganya yang kaya raya yang tidak mendermakan hartanya kepada faqir miskin sebagaimana semestinya . Umar berkata, tidak dipotong tangan pencuri karena izqi/nakhal (sebiji kurma – maksudnya barang tidak berharga), juga tidak pada tahun kelaparan ini (‘am maja’ah).
e.       Perempuan yang menikah pada waktu ‘iddah. Jika wanita sedang ‘iddah dinikahi laki-laki sebelum ‘iddahnya berakhir dan apabila sudah berjima’, maka perkawinan itu harus dibatalkan, kemudian wanita itu mengulang ‘iddahnya dari awal, dan laki-laki yang menikahinya haram menikahi wanita itu untuk selamanya. Sementara menurut Ali bin Abi Thalib dan sahabat lain, perkawinannya dibatalkan, dan si wanita harus menyelesaikan ‘iddahnya. Setelah selesai, si laki-laki itu atau laki-laki lain boleh menikah dengan wanita tersebut.
f.        Shalat Tarawih. Pada masa Nabi, para sahabat melaksanakannya secara sendiri ( munfarid ), dan dilakukan 11 raka’at. Umar lalu mengumpulkan para sahabat untuk shalat tarawih berjama’ah, dan dilakukan sebanyak 23 raka’at.
g.       Pembagian harta gharowain, yaitu pembagian harta yang ahli warisnya terdiri dari suami atau istri, ibu dan ayah. Menurut Ibnu Abbas, dalam dua kasus tsb ibu mendapat 1/3. Namun menurut Umar, Utsman dan Zaid bin Tsabit ibu memperoleh 1/3 dari sisa. Peradilan sudah teratur dengan adanya penunjukan qadhi. Umar membuat hukum acara seperti tertuang dalam Risalah Qadha’ Sumber pendapatan negara untuk mengisi Baitul Mal pada masa Umar diperoleh dari kharaj (pajak hasil bumi) dan jizyah (pajak perlindungan), ‘ usyur (pajak impor 10%) dan zakat.

Jelang akhir hayatnya akibat ditikam oleh Abu Lu’luah, Umar melalui musyawarah membentuk Tim Formatur diketuai oleh Abdurrahman bin ‘Auf bertugas memilih khalifah sesudah Umar. Anggota tim: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqqas, Zubeir bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, dan menyertakan Abdullah bin Umar (tanpa hak suara). Dasar penunjukan tim, karena mereka dinyatakan oleh Nabi SAW termasuk orang yang mendapat kabar gembira dengan jaminan masuk surga.
3.      Khalifah Utsman bin Affan 23-35 H . Pada masa Utsman, peradilan sudah memiliki bangunan tersendiri yang terpisah dari masjid. Diantara hasil ijtihad Utsman bin Affan:
a.       Azan Jum’at dua kali. Pada masa Nabi, sekali azan sudah cukup untuk memberitahu orang untuk shalat Jum’at. Namun, pada masa Utsman, umat Islam semakin banyak, wilayahnya semakin luas, sehingga perlu azan Jum’at dua kali agar merata ke seluruh negeri.
b.      Isteri yang diceraikan dalam kondisi suaminya sakit keras, kemudian si suami meninggal dunia . Si isteri mendapatkan harta warisan, baik si isteri dalam masa ‘iddah ataupun ‘iddahnya sudah berkahir. Sementara menurut Umar, si isteri mendapat bagian harta warisan hanya dalam masa ‘iddah.
Isu sentral, setelah 6 tahun pertama yang membuat pemerintahan goyah & guncang: Protes kebijaksanaan & tindakan yang dinilai tidak adil Protes berhubungan dengan pengangkatan dan pemberhentian gubernur. Masalah pengelolaan uang negara. Fitnah orang Yahudi, Abdullah bin Saba’ & komplotannya yang menjelek-jelekkan Utsman dan memuji Ali di daerah penduduk selain Hijaz: Kufah, Bashrah, Mesir, Fusthat. Pemberontakan ribuan orang Kufah, Bashrah, Mesir mengepung rumah Khalifah Utsman dan berhasil membunuh Utsman ketika sedang baca al-Quran.
4.      Khalifah Ali bin Abi Thalib 35-40 H. Dibai’at ditengah-tengah suasana berkabung atas kematian Utsman. Mu’awiyah tidak membai’at Ali sebagai khalifah. Tidak dibai’at secara aklamasi, karena: Banyak sahabat senior tidak berada di Madinah. Wilayah Islam sudah meluas. Sikap Politis Memberhentikan semua gubernur yang diangkat oleh Utsman Tanah-tanah yang dibagikan di zaman Utsman kepada keluarganya ditarik kembali. Diantara hasil ijtihad Ali bin Abi Thalib:


a.       ‘ Iddah perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya adalah diambil waktu yang paling panjang antara 4 bulan 10 hari atau sampai melahirkan, sedangkan menurut Umar ‘iddahnya sampai melahirkan.
b.      Masalah siksa dera bagi pemabuk . Di dalam hadis ditegaskan bahwa hukuman bagi peminum khamar adalah 40 kali cambukan. Namun Ali menerapkannya dua kali lebih berat menjadi 80 kali cambukan, dengan alasan umat Islam belum jera dengan 40 kali cambukan.
Dalam masa pemerintahan Ali, pengawasan ketat dilakukan terhadap pejabat pemerintahan. Menimbulkan lahirnya Oposisi Aisyah, Thalhah dan Zubeir sebagai kekuatan di Bashrah menuntut kematian Utsman (terjadi Perang Jamal). Mu’awiyah bin Abi Sufyan diberhentikan dari jabatan (terjadi Perang Shiffin yang diakhiri dengan tahkim/arbitrase).
Di akhir hidupnya, Ali dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdul Rahman bin Muljam saat akan melaksanakan shalat subuh.3

B.     Sumber – Sumber Tasryi’
Sahabat Rasulullah SAW merupakan orang yang pertama kali memikul beban setelah rasulullah tiada untuk menjelaskan tentang syariat Islam dan mengaplikasikannya terhadap segala permasalahan yang muncul. Diantara permasalahan yang muncul ada yang sudah disebutkan Nash-nya dan ada yang belum. Oleh karena itu, para sahabat dituntut untuk mengeluarkan hukum dengan metode yang jelas sesuai petunjuk Rasulullah.
Diantaranya sumber pensyariatan ( Undang-undang) pada masa khulafa’ Ar-Rasyidin adalah :
a.       Al Qur’an,
b.      As-Sunnah,
c.       Ijma’, dan
d.      Logika (ra’yi).4



_____________
 3 http://www.slideshare.net/lukmanul/tasyri-masa-sahabat
 4 Khalil, Rasyad Hasan, Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009), hal.62
              Jika timbul suatu peristiwa baru atau terjadi persengketaan, maka para ahli fatwa dari para sahabat melihat hukumnya dari Kitabullah. Bila para sahabat menemukan nashnya dalam Kitabullah, maka wajib dilaksanakan. Jika mereka tidak menemukannya di Kitabullah tetapi di As-Sunnah, maka nash dan hukum dalam As-Sunnah yang dilaksanakan. Bila tidak ditemukan di keduanya, maka para sahabat berijtihad untuk mengetahui hukumnya dan juga beristimbath dengan mengqiyashkan kepada sesuatu yang ditetapkan oleh ruh tasyi’ dan kemaslahatan umat.5

C.     Karakteristik Tasyri’

Tasyri’ pada masa Khulafa’ ar-rasyidin memiliki karakteristik dan keistimewaan sebagai berikut :
·        Fiqh pada zaman ini sangat sejalan dan serasi dengan segala permasalahan yang muncul, tidak hanya terbatas pada apa yang pernah terjadi pada masa kerasulan. Slain itu juga yang memegang kendali fatwa dan qadha’ dalam berbagai permasalahan dalah khalifah.
·        Al Qur’an telah dibukukan dan mushaf disentralisasikan yang dengan itu muslimin terhindar dari pertikaian tentang sumber utama syariat Islam.
·        Hadits belum diriwayatkan seperti zaman sekarang, kecuali jika ada keperluan mendesakseperti ingin mengetahui tentang hukum suatu masalah. Sunnah pada zaman ini masih murni, belum terkontaminasi kebohongan atau penyimpangan.
·        Muncul satu sumber baru bagi perundang-undangan Islam, yaitu Ijma’ dan itu sering terjadi karena memang mudah untuk dilakukan.
·        Pada zaman ini terjadi banyak ijtihad yang berlandaskan pada pemahaman tentang illat hukum baik ada atau tidaknya. Hal tersebut sudah tentu berpengaruh dimana sebagian hukum yang pernah diamalkan pada masa Rasulullah tidak dipergunakan lagi pada masa ini, seperti kesepakatan menggugurkan hak seorang muallaf dari zakat pada masa Abu bakar.
·        Para sahabat hanya mewariskan fatwa dan hukum yang tersimpan dalam dada para sahabat dan disampaikan kepada kita dengan cara periwayatan.
·        Kelonggaran dalam memakai pendapat pribadi yang dimotori oleh Umar Bin Khattab, dan Ali Bin Abi Thalib.6

___________
  5Khallaf, Abdul Wahhab, Sejarah Hukum Islam, (Bandung: Penerbit Marja, 2005),hal.34
  6Khalil, Rasyad Hasan, Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009),hal.75-77

Daftar Pustaka



Khalil, Rasyad Hasan, Dr, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: AMZAH, 2009)

Khallaf, Abdul Wahhab, Sejarah Hukum Islam, (Bandung: Penerbit Marja, 2005)
                    
http://www.slideshare.net/lukmanul/tasyri-masa-sahabat

Sabtu, 22 Desember 2012

OBSERVASI ANAK BERKESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITY)


BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tingi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.[1]

2.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian kesulitan belajar ?
2.      Bagaimana cara mengidentifikasi anak berkesulitan belajar?
3.      Apa saja ciri-ciri anak berkesulitan belajar?
4.      Bagaiamana kurikulum yang harus diterapkan bagi anak berkesulitan belajar?




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Identitas Subyek Observasi
Nama                        : Ahmad Soni
Alamat                     : RT 02 RW 09 Dsn Tegal Arum, Ds Ngronggo, Kec Kota,  
                                    Kota Kediri
Kelas                        : I SD
Sekolah                    : SDN Ngronggo VIII
Agama                      :  Islam
Orang Tua                :  Salamun
                                    Komsiyah
Anak ke-                  : Pertama dari dua bersaudara
Pekerjaan orang tua : Wiraswasta (Pedagang)

B.  Obsevasi dan test
Observasi dan tes terhadap subyek ini dilaksanakan pada :
Hari       : Kamis
Tanggal : 2 Desember 2010,
Pukul     : 17.00 WIB sampai dengan selesai, waktu setelah usai TPQ.
Temapat : Mushola / TPQ At-Tanwir Dsn Tegal Arum, Ds Ngronggo, Kec Kota,
                 Kota Kediri

1.    Disleksia (Kesulitan belajar membaca)
a.      Pengertian
Disleksia atau kesulitan mambaca berasal dari bahasa Yunani, dys artinya sulit dan lexia artinya tulisan. Ada nama-nama yang merujuk kesulitan belajar membaca yakni corrective readers dan remedial readers, sedangkan kesulitan belajar membaca berat sering disebut aleksia (alexia).[2]
Menurut Mercer ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca yaitu berkenaan dengan[3] :
v  Kebiasaan membaca
v  Kekeliruan mengenal kata
v  Kekeliruan pemahaman
v  Gejala-gejala serbaneka
Anak berkesulitan belajar membaca sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata, kekeliruan ini mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata dan tersendat-sendat.[4]
Dari keterangan tersebut diatas dapat dirinci lebih jelas indikator-indikator anak berkesulitan belajar membaca dengan kesalahan-kesalahan membaca, yaitu :
1)      Penghilangan kata atau huruf
2)      Penyelipan atau penambahan kata
3)      Penggantian kata
4)      Pengucapan kata salah dan makna beda
5)      Pengucapan kata salah tetapi makna sama
6)      Pengucapan kata salah dan tidak bermakna
7)      Pengucapan kata dengan bantuan guru
8)      Pengulangan
9)      Pembalikan kata
10)  Pembalikan huruf
11)  Kurang memperhatikan tanda baca
12)  Pembetulan sendiri
13)  Ragu-ragu
14)  Tersendat-sendat
b.      Test terhadap subyek
Teks :
Karena ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya berkata : ”Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu pada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik padaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Dan aku akan berdo’a kepada Tuhanku. Mudah-mudahan aku tidak kecewa dengan berdo’a kepada Tuhanku.”
Gambar 1
IMG_0010.jpg

c.       Hasil Test
Karena ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya berkata : ”Semoga keselamatan dilimpahkan kepada (1. kepadamu), aku akan pemintakan (2. memintakan) ampun bagiku (3. bagimu) pada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik padaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padaku (4. padamu) dan deri (5. dari) apa yang kamu sembah selain Allah. Dan aku akan berdo’a kepada Tuhanku. Mudah-mudahan aku tidak kecewa dengan berdo’a kepada Tuhanku”
d.      Analisis kesalahan
1.      Terjadi pengurangan suku kata “mu” pada kata “kepadamu” hanya dibaca “kepada”.
2.      Kesalahan pembacaan huruf “m” menjadi “p”, apada kata “memintakan” dibaca menjadi “pemintakan”.
3.      Kesalahan pembacaan huruf atau suku kata “mu” dibaca “ku”, pada kata “bagimu” dibaca “bagiku”.
4.      Kesalahan pembacaan huruf atau suku kata “mu” dibaca “ku”, pada kata “padamu” dibaca menjadi “padaku”,
5.      Kesalahan menbaca huruf “a” dibaca “e”, pada kata “dari” dibaca menjadi “deri”.
6.      Kurang memperhatikan tanda baca.
7.      Agak kurang lancar dalam mebaca.
Untuk mengidentifikasi disleksia, lebih lanjut perlu di cek kesalahan-kesalahan tersebut dalam table berikut[5] :
No.
Jenis Kesalahan
Cek
Ket
1.

2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.
22.


23.

24.

25.
Tidak dapat melafalkan semua huruf vokal (a, i, u, e, o)
Tidak dapat melafalkan beberapa huruf vocal
Tidak dapat melafalkan semua huruf konsonan (b, c, d, f…dst)
Tidak dapat melafalkan beberapa huruf konsonan
Tidak dapat melafalkan huruf diftong (ny, ng)
Tidak dapat melafalkan gabungan huruf konsonan-vokal (ba, pa…dst)
Tidak dapat melafalkan gabungan huruf diftong-vokal (nya, ngu…dst)
Tidak dapat melafalkan vokal rangkap (ia, oi, ua..dst)
Tidak dapat melafalkan gabungan konsonan-vokal-konsonan (ba-pak, ka-pal..dst)
Tidak dapat melafalkan gabungan vokal-konsonan (as-pal, ir-ma..dst)
Tidak dapat membedakan huruf yang bentuknya hampir sama (b-d, p-q, m-n-u-w)
Penghilangan huruf atau kata (“Bunga mawar itu merah” daibaca “Bunga itu merah”)
Penyisipan kata (“Rumah paman di Semarang” dibaca “Rumah paman ada di Semarang”)
Penggantian kata, makna tetap (“Ayah menulis surat” dibaca “Bapak menulis surat”)
Penggantian kata, makna berbeda (“Itu kucing Ali” dibaca “Itu kacang Ali”)
Pengucapan kata yang salah, makna sama (“Hati saya senang” dibaca “Hati saya seneng”)
Pengucapan kata yang salah, tidak bermakna (“Mama beli nanas” dibaca “Mama beli nenas”)
Pengucapan kata dengan bantuan guru (“Kuda itu lari kencang” dibaca “Kuda itu lari…kencang”)
Pengulangan (“Wati main bola” dibaca “Wati ma-ma-ma-ma-in bo-bo-la”)
Pembalikan kalimat, subjek, predikat, objek (“Baju saya dicuci bibi” dibaca “Baju saya bibi dicuci”)
Tidak memperhatikan tanda baca (. , ! ? dsb)
Membetulkan kesalahan sendiri (“Duku itu manis” dibaca ”Buku itu manis”, dibetulkan sendiri “Duku itu manis”)
Ragu-ragu dalam membaca (Iwan bermain layang-layang” dibaca “Iwan . . .bermain. .layang . .layang”)
Membaca tersendat-sendat (“Bu Ita guru Nani” dibaca “Bu I…tagu…gu…ru Na…na…ni”)
Tidak dapat mengurutkan susunan bacaan cerita
-

-
-

-
-
-

-

-
-

-

-


-

-

-

-


-

-

-

-



-

-


















1









2, 3, 4 dan 5






6



7



e.       Kesimpulan analisis
Dari data table diatas maka dapat disimpulkan subyek mengalami kesulitan belajar membaca pada beberapa aspek yaitu :
·         Penghilangan huruf atau kata
·         Pengucapan kata yang salah, tidak bermakna
·         Tidak memperhatikan tanda baca dan
·         Ragu-ragu dalam membaca

2.    Disgrafia (kesulitan belajar menulis)
a.      Pengertian
Disebut disgrafia jika mengalami kesulitan dalam menulis meliputi hambatan fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap atau tulisan tangannya buruk. Sedangkan kesulitan belajar menulis yang berat disebut huga “agrafia”. Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau symbol-simbol matematika.[6]
Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil, ada empat cara anak memegang pensil yang dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan belajar menulis yakni[7] :
1)      Sudut pensil terlalu besar
2)      Sudut pensil terlalu kecil
3)      Menggenggam pensil
4)      Menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
Gambar[8] 2.
  Sedangkan pembagian pada kesulitan belajar menulis ini dapat dibagi menjadi tiga kegiatan menulis, yaitu[9] :
a)      Kesulitan menulis dengan tangan (menulis permulaan)
Ø Menulis dari kiri ke kanan (kecuali huruf hijaiyah)
Ø Memegang pensil dengan benar
Ø Menulis nama panggilannya sendiri
Ø Menulis huruf-huruf
Ø Menyalin kata-kata dari papan tulis atau kertas
Ø Menulis pada garis yang tepat
b)      Kesulitan mengeja, meliputi :
Ø Pengurangan huruf
Ø Mencerminkan dialek (sapi menjadi sampi)
Ø Mencerminkan kesalahan ucap (namun ditulis nanum)
Ø Pembalikan huruf dan kata (ibu menjadi ubi)
Ø Pembalikan konsonan (air menjadi ari)
Ø Pembalikan konsonan atau vokal (berjalan menjadi bejrlan)
Ø Pembalikan suku kata (laba menjadi bala)
c)      Kesulitan menulis ekspresif,
Ø Panjang karangan
Ø Ejaan, tanda baca dan tata bahasa
Ø Kematangan dan keabsahan tema
Ø Bentuk tulisan tangan dan huruf
Ø Panjang kalimat dan perbendaharaan kata
Ø Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
Ø Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dan tulisannya.
b.      Menulis dengan melihat
Teks :
Ibrahim kemudian diperintahkan mengambil burung-burung yang sudah hancur tadi. Tiba-tiba saja burung itu hidup lagi seperti sedia kala dan menghampiri Nabi Ibrahim.
Gambar 3.


c.       Hasil test :
Teks :
ibrahim (1. Ibrahim) kemudian di perintahkan (2. diperintahkan) mengambil burung burung (3. burung-burung) yang sudah hancur tadi (4. Kurang titik [.]) tiba tiba (5.6. Tiba-tiba) saja burung itu hidup lagi (7. Salah paragraf)
seperti sedia kala dan menghampiri (8. Kurang kata “Nabi) ibrahim (9. Ibrahim)
Gambar 4.

d.      Analisis kesalahan
1.         Kesalahan penulisan huruf kapital, pada kata “Ibrahim” ditulis dengan “ibrahim”
2.         Kesalahan pemenggalan kata hubung, pada kata “diperintahkan” ditulis menjadi “di perintahkan”
3.         Kesalahan tanda baca, kurang tanda penghubung, pada kata “burung-burung” ditulis “burung burung”
4.         Kurang tanda baca titik (.) di akhir kalimat, pada kalimat “…sudah hancur tadi.” ditulis menjadi “…sudah hancur tadi”
5.         Kesalahan tanda baca, kurang tanda penghubung, pada kata “Tiba-tiba” ditulis “tiba tiba”
6.         Kesalahan penulisan huruf kapital, pada kata “Tiba-tiba” ditulis “tiba tiba”
7.         Kesalahan penempatan paragraf atau baris berikutnya, pada kalimat “…hidup lagi seperti sedia kala” ditulis terpisah menjadi “…hidup lagi” baris berikutnya “seperti sedia kala”
8.         Pengurangan kata “Nabi” pada kalimat “Nabi Ibrahim”
9.         Kesalahan penulisan huruf kapital, pada kata “Ibrahim” ditulis dengan “ibrahim”



e.       Menulis dengan dikte
Teks :
Ketika malam tiba, ia melihat bulan dan bintang. Namun bulan itu akhirnya tenggelam tak nampak lagi. Pada siang hari ia melihat matahari namun disenja hari matahari itu juga tenggelam tak nampak lagi.
Gambar 5.

f.        Hasil test
Teks :
Ketika malam tiba, iya (10. ia) melihat bulan dan bintang. namun (11. Namun) bulan itu ahirnya (12. akhirnya) tenggelam tak tampak (13. nampak) lagi. Pada siang hari ia melihat matahari, namun (14. Kesalahan tulis) di senja (15. disenja) hari matahari itu juga tenggelam tak nampak lagi.
Gambar 6.

g.      Analisis kesalahan
10.     Kesalahan penulisan kata, penambahan huruf, pada kata “ia” ditulis dengan “iya”
11.     Kesalahan penulisan huruf kapital, pada kata “Namun” ditulis “namun”
12.     Kesalahan penulisan kata, pengurangan huruf, pada kata “akhirnya” ditulis menjadi “ahirnya”
13.     Kesalahan penulisan huruf, pada kata “nampak” ditulis dengan “tampak”
14.     Kesalahan tulisan pada kata “namun”, ditulis “mamun” dan dibetulkan sendiri menjadi “namun”
15.     Kesalahan pemenggalan kata hubung, pada kata “disenja” ditulis “di senja”
16.     Ada ketidakkosnsistenan antara penulisan huruf besar dengan huruf kecil, “p” pada kata “Pada siang hari”  hampir sama dengan “p” pada kata “nampak” .
17.     Tulisan kurang tepat pada garis, ada beberapa huruf yang tidak tepat penulisannya, seperti y, g, p dan j

Table analisis kesalahan menulis dengan disgrafia
No.
Jenis Kesalahan
Cek
Ket
1.
2.
3.
4.
5.

7.
8.
9.
11.
12.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

22.
23.

24.
Salah arah dalam memulai menulis
Salah dalam memegang pensil
Tidak bisa menulis nama panggilannya sendiri
Tidak dapat menulis huruf-huruf
Tidak dapat menyalin tulisan meski dengan melihat
Menulis tidak tepat pada garisnya
Terjadi pengurangan huruf dan kata
Terjadi penambahan huruf
Tulisan menunjukkan dialeg daerah
Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
Terjadi pembalikan huruf dalam kata
Dalam menulis terjadi pembalikan konsonan
Pembalikan konsonan atau vokal
Terjadi pembalikan suku kata
Tidak memperhatikan ejaan
Tidak memperhatikan tanda baca
Tidak memperhatikan tata bahasa yang benar
Telah melampaui kematangan dan keabstrakan tema
Bentuk tulisan tanganya buruk
Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dan tulisannya
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-


-

-








17
8, 12
10

13, 14




2,
3,4 dan 5
7



1, 6, 9 dan 11,
16





h.      Kesimpulan analisis
Bila dari hasil pengamatan, seorang anak menunjukkan lebih dari delapan item perilaku dalam daftar ceklis ini, kemungkinan anak tersebut berisiko mengalami kesulitan belajar (Sumarlis, 2007). Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai kondisi kesulitan belajarnya, anak bisa dirujuk kepada tenaga ahli (psikolog, pedagog), sehingga layanan pendidikan yang diberikan kepada anak berkesulitan belajar menjadi lebih tepat. Namun, tanpa rujukan tenaga ahli pun, guru tetap dapat menyusun program dan melaksanakan pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.[10]
Dari data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan subyek mengalami kesulitan belajar menulis atau disleksia, pada poin berikut :
·         Menulis tidak tepat pada garisnya
·         Terjadi pengurangan huruf dan kata
·         Terjadi penambahan huruf
·         Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
·         Tidak memperhatikan ejaan, tanda baca dan tata bahasa
·         Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
·         Ada ketidakkonsistenan bentuk huruf dan tulisannya
3.    Diskalkulia (kesulitan belajar matematika)
a.      Pengertian
Diskalkulia atau kesulitan belajar matematika, istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Kesulitan belajar matematika yang berat oleh Kirk disebut akalkulia (acalculia).[11]
Dalam karakteristik kesulitan belajar matematika terbagi menjadi[12] :
1)      Kesulitan hubungan keruangan
Kesulitan mengindetifikasi atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir dll.
2)      Abnormalitas persepsi visual
Anak sering mengalami kesulitan untuk melihat objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set, hal ini menimbulkan kesulitan belajar matematika, terutama dalam memahami simbol.
3)      Asosiasi visual motor
Kesulitan dalam melakukan hitungan secara berurutan
4)      Preservasi
Anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relative lama, misal :
1)   4 + 3 = 7
2)   5 + 3 = 8
3)   5 + 2 = 7
4)   5 + 4 = 9
5)   4 + 4 = 9
6)   3 + 4 = 9
5)      Kesulitan mengenal dan memahami simbol
Simbol-simbol matemamatika ( + , - , x , : , >, < dll)
6)      Gangguan penghayatan tubuh
Kesulitan memahami hubungan bagian-bagian tubuhnya sendiri
7)      Kesulitan dalam bahasa dan membaca
8)      Sekor PIQ (Performance Intelegence Quotient) lebih rendah daripada sekor VIQ (Verbal Intelegence Quotient)
PIQ meliputi melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun balok, menusun objek dan coding, sedangkan VIQ yaitu informasi, persamaan, aritmatika,  perbendaharaan kata dan pemahaman.
Kekeliruan umum yang dilakukan oelh anak berkesulitan belajar matematika yaitu[13] :
a.    Kekurangan pemahaman tentang simbol
b.    Nilai tempat
c.    Penggunaan proses yang keliru
d.   Perhitungan
e.    Tulisan yang tidak dapat dibaca.
b.      Test berhitung (urutan)
Saat dilakukan tes berhitung 1-20 subyek cukup lancar menyebutkan setiap angkanya, maka observer simpulkan subyek tidak ada kesulitan dalam berhitung ini.
c.       Test perhitungan (tambah dan kurang)
Dikarenakan subyek masih usia kelas I SD, maka materi pelajaran matematika masih meliputi penambahan dan pengurangan. Dengan hasil tes sebagai berikut :
1.      2 + 3 = 5
2.      7 – 3 = 4
3.      9 – 3 = 6
4.      8 – 3 = 5
5.      6 – 4 = 2


Gambar 7.
d.      Analisis kesalahan
Dalam materi tes yang diberikan, subjek tidak begitu mengalami kesulitan. Meskipun saat menyelesaikan soal diatas dengan menghitung dengan jari, tapi subyek bisa menyesaikan soal-soal diatas dengan baik, maka observer simpulkan bahwa anak tersebut tidak mengalami diskalkulia. Namun ada kesalahan justru menyangkut disgrafia (penempatan tanda baca titik [.]) yang salah.
Pada soal ke 1-3 subyek salah dalam menempatkan titik pada penomoran soal, yakni :
.1 2 + 3 = 5
.2 7 – 3 = 4
.3 9 – 3 = 6
Gambar 8.
Namun setelah observer beri tahu terkait kesalahannya tersebut maka pada soal ke- 4-5 sudah benar penempatan titiknya, yakni :
4. 8 – 3 = 5
5. 6 – 4 = 2
Gambar 9.
e.       Kesimpulan Analisis
Setelah menganalisis hal-hal tersebut diatas observer menyimpulkan subyek tidak mengalami kesulitan belajar matematika atau diskalkulia, namun lebih mengarah pada kesulitan belajar menulis atau disgrafia

C.  Kurikulum Yang Disarankan
Berikut tabel dan saran atas kurikulum yang bisa digunakan
No.
Jenis Kesulitan
Metode
Peralatan
1.
Disleksia
·  Penghilangan huruf atau kata

·  Pengucapan kata yang salah, tidak bermakna
·  Tidak memperhatikan tanda baca dan
·  Ragu-ragu dalam membaca

ü Metode Selusur atau VAKT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile)
ü Metode Pengalaman Berbahasa

ü Metode Linguistik

ü Metode Pengalaman Berbahasa


Ø  Buku bacaan
Ø  Peralatan tulis

Ø Buku bacaan
Ø Peralatan tulis
Ø Buku Bacaan
Ø Alat Tulis
2.
Disgrafia
·  Menulis tidak tepat pada garisnya
·  Pengurangan huruf dan kata

·  Penambahan huruf
·  Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
·  Tidak memperhatikan ejaan, tanda baca dan tata bahasa
·  Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
·  Ada ketidakkonsistenan bentuk huruf dan tulisannya

ü Menulis dengan menggunakan buku halus (bergaris)
ü Metode Fernald/Multisensori


ü Metode Fernald/Multisensori
ü Metode Fernald/Multisensori

ü Metode Dikte


ü Metode Fernald/Multisensori


ü Metode Fernald/Multisensori



Ø Buku halus

Ø Buku bacaan
Ø Audio, visual
Ø Alat tulis



Ø Buku bacaan
Ø Alat tulis





Keterangan metode pembelajaran yang bisa diterapkan dari table diatas.
  1. Metode Selusur (V-A-K-T)[14]
Pra-Membaca dan Membaca Permulaan dengan Pendekatan Perkembangan
¨      Prinsip: Mendayagunakan sebanyak-banyaknya kemampuan sensoris atau penginderaan.
1)      Visual : penglihatan
2)      Auditori : pendengaran
3)      Taktil : perabaan
4)      Kinestetik : kesadaran pola gerak
¨      Langkah-langkah:
1)      Perlihatkan sebuah huruf berukuran besar
2)      Guru menyebutkan nama huruf & anak mengulanginya
3)      Guru mencontohkan cara menelusuri pola huruf itu dengan jari tangan
4)      Anak menelusuri pola huruf itu dengan jari tangan sendiri.
5)      Saat menelusuri pola huruf, anak membunyikan nama hurufnya.
6)      Ulangi kegiatan tersebut dua atau tiga kali.
7)      Berikan anak selembar kertas berisi pola titik-titik huruf tersebut.
8)      Anak merangkaikan titik-titik pola huruf tersebut.
9)      Saat merangkaikan titik-titik pola huruf, anak membunyikan nama hurufnya.
10)  Anak “menuliskan” pola huruf di udara, sambil membunyikan nama hurufnya.
11)  Tugaskan anak menulis huruf tersebut di kertas polos, sambil membunyikan nama hurufnya.

  1. Metode Pengalaman Berbahasa[15]
Metode Membaca Permulaan dengan Pendekatan Perkembangan
¨      Prinsip
1)      Mengintegrasikan sekaligus 4 aspek berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
2)      Bahasa harus dapat menyampaikan pesan/informasi
3)      Pesan/informasi berasal dari anak sendiri
4)      Guru memfasilitasi anak agar mendayagunakan kemampuan berbahasanya untuk menyampaikan dan menerima informasi
¨      Langkah-langkah
1)      Anak ditugaskan menceritakan pengalaman atau pikirannya
2)      Guru menuliskan pengalaman atau pikiran anak tersebut di papan tulis
3)      Cerita di papan tulis ini menjadi materi bacaan
4)      Anak disuruh membaca bacaan itu
5)      Anak lain memberi komnetar, pendapat dan saran terhadap cerita tersebut
6)      Anak menyalin cerita tersebut
7)      Secara bertahap, pada kegiatan-kegiatan selanjutnya, anak dilatih untuk menuliskan sendiri ceritanya

  1. Metode Linguistik[16]
Metode Membaca Permulaan/Lanjut dengan Pendekatan Perilaku
¨      Prinsip
1)      Anak dapat menyimpulkan sendiri pola hubungan antara simbol huruf dan bunyi dari simbol huruf tersebut.
2)      Mengajarkan kata secara utuh
3)      Penekanan pada kemiripan bunyi
4)      Tidak memperhatikan makna kalimat
¨      Langkah-langkah
1)      Berikan anak beberapa kata yang bermiripan
Misal : Anjing dan kucing
Anjing dan kucing suka daging
Anjing dan kucing berguling
2)      Tugaskan anak untuk membaca nyaring rangkaian kalimat tersebut
3)      Ulangi sampai anak sadar kemiripian bunyi
4)      Biarkan anak mengulang kata/kalimat meski belum paham maknanya

  1. Metode Fernald/Multisensori[17]
Metode Menulis Permulaan dengan Pendekatan Perkembangan
¨      Prinsip
1)      Metode nama lain dari metode multisensori
2)      Bisa diterapkan pada huruf maupun kata


¨      Langkah-langkah
1)      Anak memilih kata yang akan dipelajari
2)      Guru menuliskan kata dimaksud di kertas/papan tulis
3)      Guru membacakan kata dengan lafal yang tepat, anak-anak mengikutinya
4)      Anak menelusuri huruf-huruf, melafalkan kata itu bebrapa kali, lalu menuliskannya di kertas dengan menyalin dari tulisan gurunya sambil tetap melafalkan bunyi katanya.
5)      Kemudian anak disuruh menuliskan kata tersebut tanpa melihat kambali contoh tulisan guru.
6)      Kalau pada tahap ini anak melakukannya dengan benar, maka ulangi kembali langkahlangkahnya dari langkah ke-4.
7)      Bila anak sudah benar-benar menguasainya, simpanlah kata tersebut di tempat khusus,sehingga nanti bisa digunakan untuk bahan mengingat dan bahan bercerita.

  1. Metode Dikte[18]
Metode Menulis Permulaan/Lanjut dengan Pendekatan Perilaku
¨      Prinsip
1)      Mendayagunakan kemampuan sensoris: Visual, Auditori, Taktil, dan Kinestetik
2)      Membiasakan anak mengasosiasikan bunyi (auditoris) dengan bentuk (visual) huruf.
3)      Membiasakan anak menuliskan (kinestetik) atas bunyi (auditoris) dalam bentuk gambar huruf (visual)
4)      Melatih proses menulis secara praktis
¨      Langkah-langkah
1)      Anak menyimak huruf/kata yang dilafalkan guru
2)      Ulangi pelafalan bila perlu
3)      Anak menulis sambil melafalkan huruf/kata
4)      Guru menulis contoh huruf/kata di papan tulis
5)      Anak menyalin contoh dari gurunya di bawah ulisannya sendiri.
6)      Ulangi langkah-langkah tersebut 2 – 3 kali.
7)      Koreksi secara bersama-sama

BAB III
KESIMPULAN

Dari observasi dan test yang dilakukan observer diatas maka dapat disimpulkan anak (subyek) mengalami disleksia dan disgrafia masih pada tingkat ringan atau bahkan belum bisa dikatakan disleksia maupun disgrafia, kerena kesalahan-kesalahan yang ada masih kurang dari delapan item untuk masing-masing kesulitan belajar, dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1.    Disleksia (empat item)
ü Penghilangan huruf atau kata
ü Pengucapan kata yang salah, tidak bermakna
ü Tidak memperhatikan tanda baca dan
ü Ragu-ragu dalam membaca
2.    disgrafia (tujuh item)
ü Menulis tidak tepat pada garisnya
ü Pengurangan huruf dan kata
ü Penambahan huruf
ü Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
ü Tidak memperhatikan ejaan, tanda baca dan tata bahasa
ü Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
ü Ada ketidakkonsisten-an bentuk huruf dan tulisannya
Adapun kurikulum pelajaran yang bisa dilaksanakan dengan metode berikut ini :
a.       Metode Selusur atau VAKT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile)
b.      Metode Pengalaman Berbahasa
c.       Metode Linguistik
d.      Menulis dengan menggunakan buku bergaris (buku halus)
e.       Metode Pengalaman Berbahasa
f.       Menulis dengan menggunakan buku halus (bergaris)
g.      Metode Fernald/Multisensori
h.      Metode Dikte






DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta:Rineka Cipta.2003.
Irawati, Intan.Disgrafia pada Anak Kesulitan Menulis dan Solusinya (http://www. kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&dn=20080718135102), 18 Juli 2008, diakses tangga 1 Desember 2010.
Wirawan, Helex.Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak.(http://www.iapw.info /home/index.php?option=com_content&view=article&id=141:mengatasi-kesulitan-belajar-pada-anak&catid=32: ragam&Itemid=45),23 Februari 2009. diakses tanggal 8 Desember 2010.
13 Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar.Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.2007.


















Lampiran

A.    Dokumentasi observasi
 


























[1] Helex Wirawan. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak.(http://www.iapw.info/home/index. php?option=com_content&view=article&id=141:mengatasi-kesulitan-belajar-pada-anak&catid=32: ragam&Itemid=45),23 Februari 2009.diakses tanggal 8 Desember 2010.
[2]Mulyono Abdurrahman.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.(Jakarta:Rineka Cipta,2003),204.
[3] Ibid
[4] Ibid., 205.
[5]Ibid., 210-212.
[6]Ibid., 228.
[7] Ibid.
[8] Ibid., 229.
[9] Ibid., 233-244.
[10] 13 Model Kurikulum.,11.
[11] Ibid.,259.
[12] Ibid.,259-261.
[13] Ibid.,262-265.
[14] 13 Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar.(Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.2007),16.
[15] Ibid.,18.
[16] Ibid.,18.
[17] Ibid.,21.
[18] Ibid.,22.